Kamis, 22 Mei 2014

Sudah Bersyukur?



Ada banyak hal yang membuat kita, terutama saya, sebagai manusia biasa yang banyak banget ngeluhnya kurang bersyukur atas apa yang Tuhan beri. Daftar list kepengen yang masih mendominasi note-note kecil kita adalah bukti kecil bahwa sikap kurang kita masih senantiasa merajalela. Saya sendiri sebenarnya bukan orang yang suka bikin daftar-daftar keinginan biar lebih memotivasi karena merasa motivasi hidup saya sudah cukup tinggi hanya karena kamu ada disana *halah*. Saya lebih suka membaca cerita, cerita-cerita cinta, cerita-cerita sukses, dan cerita apa saja yang penting ada hubungannya sama dia, seperti soal konstelasi *lho kan ngelantur lagi*. Yang jelas, saya suka menulis dan membaca.
Hari ini, kelebihan pulsa modem membuat saya bersyukur untuk pertama-tama, kemudian surfing internet sebanyak-banyaknya. Saya buka berbagai berita terbaru soal korupsi, politik, dan kabar-kabar terbaru negeri ini biar intelek dikit, gosip-gosip selebriti seperti rangkaian drama yang entah apa endingnya, masukin kode-kode es krim walls yang saya dapet lalu berharap dapet tiket Taylor Swift ternyata cuma ngumpul 2 poin *oh men sedih banget*, dan yang paling menyenangkan adalah jalan-jalan di blogger, belajar dari tulisan-tulisan dari sudut pandang saya. Dianugerahi hobi yang walau tak gemar-gemar banget setidaknya lebih sgemar dari orang-orang disekeliling saya dengan menulis membuat saya bersyukur untuk pertama kalinya (bersyukurlah untuk apa saja yang telah Tuhan anugerahkan sebelum lebih banyak protesnya, hihi) sebelum saya berpikir ulang, “kenapa nulis? Kenapa gak nyanyi ato main musik? Kenapa gak ini dan itu? Kenapa nulis? Kan agak mainstream?” lalu maafkan saya ketika saya menyadari bahwa mainstream bukan dari jenis suatu kegiatannya, mainstream barangkali hanya sebuah bentuk judgement subjektif terhadap sesuatu. Kalau nulis mainstream, apa kabar kegiatan yang lainnya? Kalau kamu menganggap nulis mainstream apa kabar toko buku? Saya khilaf lalu sekali lagi maafkan saya.
Ada banyak tulisan yang sudah saya baca. Fiksi, tulisan ilmiah, argumen-arumen lain yang menarik dan keren, atau lebih keren dari tulisan-tulisan saya. Tapi, hikmah terbesarnya adalah saya tidak menulis begitu labil seperti dua sampai tiga tahun kebelakang. Ada banyak penyaring yang harus dilewati untuk tidak mudah ikut-ikut kayak dulu lagi dan ada banyak alasan untuk tetap menulis pada jalan saya sendiri. Dan tak hanya menulis, menjalani hidup juga, betapa menyenangkan bersyukur pada segala apa yang kita bisa dan kita punya. Dan saya bersyukur, dianugerahi perasaan senang, senang menulis, senang padamu *salah fokus penutup tulisan* sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar