Rabu, 04 Desember 2013

Hastag No Offense



Lagi-lagi, semua adalah hak pribadi. Bagaimana seseorang menyikapi dan mempergunakan nikmat Tuhan. Termasuk media sosial. Mau explore privasi terlalu dalam? silahkan, mau bagi-bagi ilmu? Masuk itungan kebaikan, tapi bagaimana jika media sosial yang sudah menjamur dewasa ini menjadi pembelok jati diri? Pembelok jati diri? Em… gak jarang kan lihat betapa berbedanya beberapa orang dalam media sosial dibangding kenyataan. Betapa mereka begitu terkenal, betapa mereka begitu aktif dan doyan bercuap melalui sebuah media sosial, kemudian seketika diam bahkan ketika dihadapan sebuah kelompok yang sebenarnya mereka paham, kelompok itu membutuhkan suara mereka sebenarnya, membutuhkan pendapat mereka untuk menghadapi suatu masalah.dan tetoooooot, mengapa keaktifan mereka mendadak hilang? Barangkali semuanya tak pernah jadi masalah jika memang profesi dia sebagai storywriter yang membuatnya lebih banyak menulis daripada berbicara, tapi bagaimana jika sama-sama dari kalangan yang horizontal dengan kita? Sama-sama rekan kerja, rekan kuliah, dan sebagainya? Masikah bukan masalah? Jika jarak yang diperlihatkan sudah terlalu besar? Bayangkan jika… anda berada pada suatu lingkungan, bersama orang yang anda tahu ia begitu aktif, bersemangat, menulis apa saja di berbagai media, tapi begitu berkumpul dalam satu kelompok, sepatah katapun tidak?
Yap, kembali lagi, semua adalah hak pribadi, live your own life, tapi setidaknya tulisan suingkat sesingkat kualitasnya ini bukan mau menghakimi, bukan mau mengguri, cuman mau ngingetin “Kenyataan adalah selalu yang dihadapi, tapi tak selalu apa yang dibaca lingkungan”
*semoga tulisan ini bagian dari salah satu yang ditermia lingkungan*