Sabtu, 27 Juli 2013

#INDONESIAUNITE (semoga tak hanya) TINGGAL NAMA


Bulan Juli sudah hampir habis, bentar lagi masuk bulan delapan. Agustus. The most waited month untuk seluruh punggawa tanah air.  Yap, Proklamasi kemerdekaan jatuh tanggal 17 bulan Agustus. Saya tergelak, eh iya Agustusan ya? Does “lomba makan krupuk ato panjat pinang” still exist? Tapi bukan itu yang paling menggelitik. Kuning-kuningnya buku sebelah saya ini yang paling menggelitik. Saya buka lagi satu judul halamannya “#INDONESIAUNITE”. Kebetulan, (untuk beberapa orang) barangkali tak pernah ada. Tapi tadi pagi, selagi membaca lagi buku ini, kebetulan saya lagi ada di depan laptop, kebetulan modem lagi nancep dan ada pulsanya, kebetulan lainnya, saya lagi kepingin ngetwit cerdas. (ciyeeee….)
Pertama, saya tergelitik untuk search akun dengan nama yang sama dengan hastagnya. Penasaran banget sama isi yang ada di dalamnya, barangkali menginspirasi twit saya biar cerdasnya dobel kayak doublecheesburgernyamekdi. Nasionalisme rasa apa ya yang bakal ditawarkan, choco float, capuccinno, tropical, ato es cendol? (tulisan ini dibuat ketika matahari tepat di atas kepala, bulan puasa). Dan…saya tercengang, sedikit sih, yang saya temukan justru tulisan usang di hari ulang tahun kemerdekaan RI ke—62. Isinya, “happy brthdaaaaay ya, longlife, stay young, keep awesome, dan makin++++++++++”. Ini kan Birthday wish-able ala ABG gitu? -.- tapi intinya samalah, selamat hari kemerdekaan Indonesia yang ke—62. Udah, gitu.
Tangan tiba-tiba melemas, saya tak mau dan tak mampu lagi scrolling timeline terlalu jauh. Rasanya saya kepingin cepet-cepet geret koper lalu pulang. *halah*. Tapi memang benar, antusiasme saya tiba-tiba menghilang. Yang ada justru malah pikiran-pikiran negative yang menenggelamkan tubuh saya kayak lumpur hidup. #INDONESIAUNITE (semoga tak hanya) TINGGAL NAMA. Dari sejarahnya, gerakan segar pengangkat jiwa nasonalisme ini dibuat sekitar tahun 2009. Bertepatan tak jauh berselang setelah kejadian pengeboman di Kuningan, Jakarta. Dibuat dengan tujuan (mungkin) untuk terus mengangkat “the real harta” yang Indonesia punya. Juga mengangkat nama kita yang berkali-kali terjatuh dengan kasus terorisme yang kala itu masih sering ditemui. Yang membuat saya sempat kagum adalah kejayaan gerakan ini kala itu. Berbagai media bahkan sekelas Street Times Singapore dan CNN-pun pernah menaruh perhatian. *yak tulisan saya mulai sok tau bung*
Lalu saya mulai berpikir yang lebih serius, kenapa harus nunggu bencana datang untuk membuat bikin nasionalisme rame-rame tergerak? Kemudian, ketika bencana teratasi, akun tertutup rapi? Nasionalisme juga selesai? Membahayakan. Saya sendiri bukan tipe warga negara yang punya nasionalisme berlebih, saya cukup tipe O yang gemar memberi (?). saya mulai melempari diri dengan protes-protes keras atas apa yang saya sangkakan (protesnya gak pakek aksi kayak fp*). Kenapa saya sibuk mempermasalahkan eksistensi sesuatu yang justru pernah bergerak dan sedikit banyak berdampak? Padahal saya sendiri tak lantas langsung bergerak, saya terlalu sibuk bersangka buruk bahwa nasionalisme jatuhnya malah seperti trend busana di pasar yang…musiman. Dan inilah bagian dari ketidaksempurnaan saya sebagai manusia bahwa menyalahkan memang selalu lebih mudah. ( Karena kesempurnaan milik Tuhan dan kelucuan milik fitooo.tumblr.com).
Yang jelas, saya hanya ingin berterimakasih pada gerakan hastag yang pernah ada ini, yang telah mengingatkan bahwa NASIONALISME TERPLERIHARA itu FARDLU AIN—WAJIB BANGET hukumnya. Entah kecil, entah besar. Entah sekedar "membakar" dalam dunia maya maupun langsung bergerak pada dunia nyata. Pengalaman saya ini bisa jadi hanya segelintir contoh bahwa (mungkin) nasionalisme kita sebagai warga negara bahkan lebih cepat pudar ketimbang warna bendera pusaka. Yang tiap tahunnya butuh diperbaharui, diwarna lagi, agar negeri tak mati ditangan rakyatnya sendiri (sok bijak banget sih). Karena sebaik-baiknya warga negara adalah mereka yang mencintai dengan benar atas segala keadaan bangsa kita”. Siapa lagi kalo bukan kita??

-Tulisan ini terinspirasi dari halaman 192 Buku Kicau Kacau karya Indra Herlambang. Tulisan nyasar yang penulis buat ketika lagi-lagi tak tahu bagaimana menulis essay untuk tugas ospek. Mohon doanya…. :(.
Review ecek-eceknya follow @koalaras yuk :3