Bulan Juli sudah hampir
habis, bentar lagi masuk bulan delapan. Agustus. The most waited month untuk
seluruh punggawa tanah air. Yap,
Proklamasi kemerdekaan jatuh tanggal 17 bulan Agustus. Saya tergelak, eh iya
Agustusan ya? Does “lomba makan krupuk ato panjat pinang” still exist? Tapi
bukan itu yang paling menggelitik. Kuning-kuningnya buku sebelah saya ini yang
paling menggelitik. Saya buka lagi satu judul halamannya “#INDONESIAUNITE”. Kebetulan, (untuk beberapa orang)
barangkali tak pernah ada. Tapi tadi pagi, selagi membaca lagi buku ini,
kebetulan saya lagi ada di depan laptop, kebetulan modem lagi nancep dan ada
pulsanya, kebetulan lainnya, saya lagi kepingin ngetwit cerdas. (ciyeeee….)
Pertama, saya tergelitik
untuk search akun dengan nama yang sama dengan hastagnya. Penasaran banget sama
isi yang ada di dalamnya, barangkali menginspirasi twit saya biar cerdasnya
dobel kayak doublecheesburgernyamekdi. Nasionalisme rasa apa ya yang bakal
ditawarkan, choco float, capuccinno, tropical, ato es cendol? (tulisan ini
dibuat ketika matahari tepat di atas kepala, bulan puasa). Dan…saya tercengang,
sedikit sih, yang saya temukan justru tulisan usang di hari ulang tahun
kemerdekaan RI ke—62. Isinya, “happy brthdaaaaay ya, longlife, stay young, keep
awesome, dan makin++++++++++”. Ini kan Birthday wish-able ala ABG gitu? -.-
tapi intinya samalah, selamat hari kemerdekaan Indonesia yang ke—62. Udah, gitu.
Tangan tiba-tiba
melemas, saya tak mau dan tak mampu lagi scrolling timeline terlalu jauh.
Rasanya saya kepingin cepet-cepet geret koper lalu pulang. *halah*. Tapi memang
benar, antusiasme saya tiba-tiba menghilang. Yang ada justru malah
pikiran-pikiran negative yang menenggelamkan tubuh saya kayak lumpur hidup.
#INDONESIAUNITE (semoga tak hanya) TINGGAL NAMA. Dari sejarahnya, gerakan segar
pengangkat jiwa nasonalisme ini dibuat sekitar tahun 2009. Bertepatan tak jauh
berselang setelah kejadian pengeboman di Kuningan, Jakarta. Dibuat dengan
tujuan (mungkin) untuk terus mengangkat “the real harta” yang Indonesia punya. Juga
mengangkat nama kita yang
berkali-kali terjatuh dengan kasus terorisme yang kala itu masih sering
ditemui. Yang membuat saya sempat kagum adalah kejayaan gerakan ini kala itu.
Berbagai media bahkan sekelas Street Times Singapore dan CNN-pun pernah menaruh
perhatian. *yak tulisan saya mulai sok tau bung*
Lalu saya mulai berpikir
yang lebih serius, kenapa harus nunggu bencana datang untuk membuat bikin
nasionalisme rame-rame tergerak? Kemudian, ketika bencana teratasi, akun
tertutup rapi? Nasionalisme juga selesai? Membahayakan. Saya sendiri bukan tipe
warga negara yang punya nasionalisme berlebih, saya cukup tipe O yang gemar
memberi (?). saya mulai melempari diri dengan protes-protes keras atas apa yang
saya sangkakan (protesnya gak pakek aksi kayak fp*). Kenapa saya sibuk
mempermasalahkan eksistensi sesuatu yang justru pernah bergerak dan sedikit
banyak berdampak? Padahal saya sendiri tak lantas langsung bergerak, saya
terlalu sibuk bersangka buruk bahwa nasionalisme jatuhnya malah seperti trend
busana di pasar yang…musiman. Dan inilah bagian dari ketidaksempurnaan saya
sebagai manusia bahwa menyalahkan memang selalu lebih mudah. ( Karena
kesempurnaan milik Tuhan dan kelucuan milik fitooo.tumblr.com).
Yang jelas, saya hanya ingin
berterimakasih pada gerakan hastag yang pernah ada ini, yang telah mengingatkan
bahwa NASIONALISME TERPLERIHARA itu FARDLU AIN—WAJIB BANGET hukumnya. Entah kecil,
entah besar. Entah sekedar "membakar" dalam dunia maya maupun langsung bergerak
pada dunia nyata. Pengalaman saya ini bisa jadi hanya segelintir contoh bahwa
(mungkin) nasionalisme kita sebagai warga negara bahkan lebih cepat pudar ketimbang
warna bendera pusaka. Yang tiap tahunnya butuh diperbaharui, diwarna lagi, agar
negeri tak mati ditangan rakyatnya sendiri (sok bijak banget sih). Karena
sebaik-baiknya warga negara adalah mereka yang mencintai dengan benar atas
segala keadaan bangsa kita”. Siapa lagi kalo bukan kita??
-Tulisan ini terinspirasi dari halaman 192 Buku Kicau Kacau karya Indra Herlambang. Tulisan nyasar yang penulis buat ketika lagi-lagi tak tahu bagaimana menulis essay untuk tugas ospek. Mohon doanya…. :(.
Review ecek-eceknya
follow @koalaras yuk :3