Aku seperti
terombang-abing dalam pergantian musim lintang sedang yang bahkan nyatanya tak
pernah aku rasakan.
Jika saat ini
musim panas, maka bisa jadi aku akan sangat labil mengatur emosi, disamping
deraan tugas sekolah yang datang bertubi-tubi, layaknya remaja SMA lain, aku
juga memiliki beberapa masalah “keremajaan” yang tak terlalu banyak, tapi
kadang bisa menjelma menjadi terlalu kompleks. Friend, friendship, pertemanan, persahabatan,
permusuhan, akan selalu ada di setiap kehidupan, apalgi masa-masa remaja kayak
gini. Hhhh, kembali lagi ke analogi musim panas, semuanya gerah, semuanya
gersang, semuanya butuh asupan pendnginan secara labih, aku juga. Dan ya, lingkungan
sekitar akan menjadi korban pertama semua itu, dan mereka teman-temanku. Yang duduk
disamping, di depan, dibelakang, nyata ato cuman perumpaan, nyatanya mereka
memang setia di tempatnya masing-masing. Luapan emosi tak terelakkan, aku
mencercah, aku marah, aku mendidih, tak terbendung. Aku selalu
mengkambinghitamkan emosi, aku bilang aku korban emosi. Padahal seharusnya,
emosi adalah yang semua orang miliki, yang mereka jalankan dengan pikiran dan
hati, yang jika kau tak berhati-hati, ia akan mudah sekali menjadi boomerang untukmu,
menikammu bertubi-tubi dalam penyesalan, seperti aku, saat itu…
Kemudian musim
gugur tiba, bersamaan dengan gugurnya satu per satu sahabat-sahabat yang telah
menyempurnakanmu di tempat yang tak terlalu sempurna. Mereka berguguran, badan
dan hatinya darimu, mereka menjauh, karena musim panas memakanmu. Perhatian,
canda, tawa mereka juga, berguguran, tapi bedanya, tak menghasilkan keindahan
yang biasa berserak di bumi seperti saat daun-daun kerng melukis setting lain
secara alami untuk bumi. Kau harus terima kesendirianmu, sama seperti pohon
yang menerima kesendiriannya tanpa dau, kering, tak hijau, tak damai…
Berganti musim
dingin, salju putih mulai turun, memutihkan bumi yang tadi kotor, mendinginkan
yang tadi berapi penuh emosi. Kata maaf teruntai, maaf-memaafkan, kali ini
melebihi dingginnya salju nyta saat mendinginkan bumi. Ini lebih dingin, lebih
sejuk, menyegarkan, lebih putih, kembali tanpa dosa, unutk mereka, sahabat…
Dan inilah musim
yang paling menggembirakan, yang paling indah, rumput menghijau, bungan
bermekar warna-warni, kumbang bertebaran berlomba menghisap nectar, manis,
manis sekali. Seperti saat ini, sahabat-sahabatmu mengembangkan senyum paling
indah, meumpahkan segala ceritnya, manisnya, untukmu. Tak berkurang apapun,
meskipun aku… ya aku… pernah menyakiti, menyalahkan, berbuat salah, dan yang
tak mengenakkan teramat sering… semuanya tak berkurang apapun, tak akan ada lagi
musim panas, gugur , dingin, semi. Yang ada hanya satu… musim kebahagiaan
sepanjang tahun dinegara tropis ini, bersama hangatnya musim kemarau dan indahnya
pelangi yang muncul saat rintik hujan terhenti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar