Tak
Sampai Waktu
Untukmu…
Yang telah menyegarkan
mata saat pelangi di kedua bolanya lenyap akan beban keseharian,
Yang telah
menginspirasi hati dan pikiran untuk sejalan menciptakan karya baru di tengah
jebakan deadline pekerjaan ,
Yang telah memberi senyum,
semangat, dan ceria untuk jiwa-jiwa yang tak begitu bahagia, dan negrimu yang
sibuk masalah politik dan persoalan lainnya,
Bulan
ini begitu indah, penuh berkah, hujan yang tak henti mengguyur tiap harinya
adalah berkah Tuhan yang mencintai kami dan negri indah ini, Indonesia. Masih
terlalu pagi untuk menginjakkan kaki di tempat berkapet merah dan bertemaram
lampu kuning sayu yang mengademkan hati ini. Memang bukan salah pengelola,
lampu masih mati dan tak terlihat sedikitpun aktivitas petugas didalamnya saat
kaki menginjak lantai 3 malang plasa, tempat bioskop ini berada. Namun keterkejutan tiba-tiba muncul
tatkala mata menangkap beberapa orang yang bergerombol seperti tengah
merencanakan sebuah ancang-ancang. Aku, dan beberapa temanku masih ragu,
bergantian menatap jam dan tak salah, dua jam lagi bioskop ini baru akan dibuka
seperti tertera di jadwalnya. Kami tak diam, berusaha mencari tahu pesona apa
yang membuat manusia-manusia yang telah ada di sini begitu bernafsu menjadi
yang terdepan di barisan penjualan tiket. Kami berputar ke sisi lain bioskop,
barulah kami mengerti. Wajah-wajah indahmu diperlihatkan, elok, membutakan
mata, begitu indah, dan tetap sinkron berjejer dengan wajah-wajah negara manca.
Itu baru pesona fisikmu saja yang ditampilkan begitu memesona lewat
baliho-baliho berukuran tak terlalu besar, apalagi nanti saat kamu membawa kami
semua disni berpetualang dengan cerita yang aku yakin LUAR BIASA.
Sejenak
kemudian aku memilih menghilang dari kerumunan, memilih celah yang agak sepi. Termenung.
“ternyata,
bangsa ini begitu hebat, lihat saja para filmmaker, karya-karya mereka
menggaruda, membumbung tinggi, mencengkeram mangsa membabi buta. Cinta, cita,
sahabat, hidup, doa, agama, semua memilki daya magnet masing-masing melalui
jalan cerita, naskah, pemeran dan semua elemenmu, film”, dalam hati sambil tetap
menatap jauh ke kerumunan.
“Terlepas
dari kualitas yang sempat jatuh dan hampir terlalu lama tak bisa bangkit
menyuarakan karya bermutu, itu belum seberapa. Toh harusnya, kalau jiwa -seni
mencintai seni- ada di setiap penonton-penonton ini, pastilah hukum alam
otomatis berlaku bagi mereka yang membuat fim dengan jiwa seni tapi lebih
dominan jiwa bisnis, yang penting untung gede. Gak lama pasti menghilang dari
bioskop-bioskop kok”.
“Sekarang
justru yang lebih pelik adalah ketakutanku kehilangan orang-orang yang sudah
memberi cinta di hatinya tulus untukmu. Ketakutan bahwa cinta mereka akanmu,
film Indonesia, pudar berbarengan sama berakhirnya musim hujan tahun ini. Oke sedikit
berlebihan. Tapi semua beralasan kan?”
“udah nonton film ini kaaan?
Kereeen yaaa?” semangatku maksimal nanyain soal film yang sukses banget
menggaet ratusan ribu penonton yang tayang pertengahan bulan ini dari novel
best seller, bareng temen sesama pecinta film, Indonesia.
“iya udah, keren, keren banget,
lebih keren lagi habis ini pasti tayang di tv. Berapa jam lo ngantri tiket? Dua
jam? Tiga jam? Selamat deh, tapi yang gak perlu susah-susah ngantri plus keluar
uang habis ini juga enak-enakan, leyeh-leyehan depan tv, nonton film keren.
Heran sih kenapa film Indonesia bisa secepat kilat gitu muncul di layar kecil.
Peduli amat yang rating kerennya berapa, mulai dari satu sampai sepuluh,
tiga-empat bulan keluar bioskop masuk tv. Ibarat cinta gitu yeee, lo mau
longlast-an dikit, eh pacar lo cinta sesaat doang, agak nyesek sih, isitilah
sastranya gitu Cinta Tak Sampai Waktu, wakakak. Kalo lama-lama gini sih,
mending mengabdikan uang buat liat film luar negri, keliatan lebih gak sia-sia,
wort it-nya lama”.
“Aku
tertegun, hening mendengarnya, tak ada daya mengeluarkan sedikit elakan, kerena
memang itu adanya. Tapi untuk mengikuti,
tidak, aku masih cinta, mencintaimu seperti aku mencintai masakan ibuku. Karena
kau adalah masakan yang diracik oleh chef-chef hebat dengan hati, rasa, pemikiran,
emosi dengan harmoni yang berjalan selaras luar biasa. Aku tak mengerti banyak
tentang problematikamu, perfilman Indonesia, yang aku tahu aku selalu
terperanga menikmati setiap jalan cerita walau akhirnya tak lama kau muncul
lagi untuk kunikmati di layar yang berbeda. Kecewa itu selalu ada, sempat aku
berpikir, seserakah apakah makhluk Tuhan bernama manusia itu, setelah sukses
meraup untung berjuta-juta dengan record penonton yang membludak seperti itu,
kenapa kemudian mudah sekali berpindah tempat, berapa harga sebuah film untuk
tayang di televisi seperti itu?. Aku hanya pelanggan, yang cukup duduk manis
menikmati apa yang disajikan. Masakan itu terasa enak sekali mungkin, tapi
setelahnya hilang lenyap tak berbekas. Seperti itulah curahan yang coba
diungkapakan seorang teman di atas. Akan ada pelanggan yang memilih tak kembali
karena hanya manis tak berkesan yang didapat, ada yang tetap setia menunggu dan
berharap akan ada sebuah perubahan.
Tak
banyak yang ingin aku ungkapkan kepadamu, sudah jelas betapa hati ini selalu
memilihmu, setia mendengarkan dan menikmati segala yang ada padamu. Tapi
kiranyalah jika engkau berkenan juga mengerti bahwa banyak hal yang perlu
dilakukan untuk mempertahankan sebuah cinta. Apa yang tercurah di atas mungkin
hanya sebagian kecil problematika yang ada, tapi nampak langsung di depan mata
ini. Tapi bukankah sesuatu yang besar selalu berasal dari apapun yang kecil
yang kemudian bertransformasi karena kadang tak terlalu diperhatikan. Aku tak
mau semua masalah begitu terlambat diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya.
Aku tak ingin cinta yang telah siapapun curahkan padamu satu persatu berguguran
seperti dedaunan diujung kemarau panjang.
Lamunanku
sepertinya sudah terlalu panjang, seorang teman menarikku masuk kedalam
antrian, sesaat kemudian pintu terbuka dan berhamburanlah orang-orang ini
mengincar barisan terdepan di dua loket yang disediakan. Tiket sudah ditangan, tak
beberapa lama kami sudah duduk manis menikmati sajian yang akan memanjakan mata
kira-kira dua jam ke depan.
“Semoga
cinta-cinta mereka ini kepadamu akan seperti hukum kasih sayang ibu, sepanjang
masa. Dan kau akan selalu memberi yang terbaik untuk membalasnya, film
Indonesia.”
Dari yang tak terlalu pandai merangkai kata,
mencoba menulis sepucuk surat cinta,
untuk FILM INDONESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar